Sitemap MI Darul Huda 02
Kisah Khalifah Umar Bin Khattab
Author :
mi darul huda 2
Kisah Khalifah Umar Bin Khattab - Pada hari-hari terakhir hidupnya, Khalifah Abu Bakar sibuk bertanya pada
banyak orang."Bagaimana pendapatmu tentang Umar?" Hampir semua orang
menyebut Umar adalah seorang yang keras, namun jiwanya sangat baik.
Setelah itu, Abu Bakar minta Usman bin Affan untuk menuliskan wasiat
bahwa penggantinya kelak adalah Umar.
Tampaknya Abu Bakar khawatir jika umat Islam akan berselisih pendapat bila ia tak menuliskan wasiat itu.
Pada tahun 13 Hijriah atau 634 Masehi, Abu Bakar wafat dan Umar
menjadi khalifah. Jika orang-orang menyebut Abu Bakar sebagai
"Khalifatur- Rasul", kini mereka memanggil Umar "Amirul Mukminin"
(Pemimpin orang mukmin). Umar masuk Islam sekitar tahun 6 Hijriah. Saat
itu, ia berniat membunuh Muhammad namun tersentuh hati ketika mendengar
adiknya,Fatimah, melantunkan ayat Quran.
Selama di Madinah, Umarlah –bersama Hamzah-yang paling ditakuti
orang-orang Quraisy.Keduanya selalu siap berkelahi jika Rasul dihina.
Saat hijrah, ia juga satu-satunya sahabat Rasul yang pergi secara
terang-terangan. Ia menantang siapapun agar menyusulnya bila ingin
"ibunya meratapi, istrinya jadi janda, dan anaknya menangis kehilangan."
Kini ia harus tampil menjadi pemimpin semua. Saat itu, pasukan Islam
tengah bertempur sengit di Yarmuk -wilayah perbatasan dengan Syria. Umar
tidak memberitakan kepada pasukannya bahwa Abu Bakar telah wafat dan ia
yang sekarang menjadi khalifah. Ia tidak ingin mengganggu konsentrasi
pasukan yang tengah melawan kerajaan Romawi itu.
Di Yarmuk, keputusan Abu Bakar untuk mengambil markas di tempat itu
dan kecerdikan serta keberanian Khalid bin Walid membawa hasil. Muslim
bermarkas di bukit-bukit yang menjadi benteng alam, sedangkan Romawi
terpaksa menempati lembah di hadapannya. Puluhan ribu pasukanRomawi
-baik yang pasukan Arab Syria maupun yang didatangkan dari Yunani-tewas.
Lalu terjadilah pertistiwa mengesankan itu.
Panglima Romawi, Gregorius Theodore -orang-orang Arab menyebutnya
"Jirri Tudur"– ingin menghindari jatuhnya banyak korban. Ia menantang
Khalid untuk berduel. Dalam pertempuran dua orang itu, tombak Gregorius
patah terkena sabetan pedang Khalid. Ia ganti mengambil pedang besar.
Ketika berancang-ancang perang lagi, Gregorius bertanya pada Khalid
tentang motivasinya berperang serta tentang Islam.
Mendengar jawaban Khalid, di hadapan ratusan ribu pasukan Romawi dan
Muslim, Gregorius menyatakan diri masuk Islam. Ia lalu belajar Islam
sekilas, sempat menunaikan salat dua rakaat, lalu bertempur di samping
Khalid. Gregorius syahid di tangan bekas pasukannya sendiri. Namun
pasukan Islam mencatat kemenangan besar di Yarmuk, meskipun sejumlah
sahabat meninggal di sana. Di antaranya adalah Juwariah, putri Abu
Sofyan.
Umar kemudian memecat Khalid, dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai
Panglima Besar pengganti. Umar khawatir, umat Islam akan sangat
mendewakan Khalid. Hal demikian bertentangan prinsip Islam. Khalid
ikhlas menerima keputusan itu. "saya berjihad bukan karena Umar,"
katanya. Ia terus membantu Abu Ubaidah di medan tempur. Kota Damaskus
berhasil dikuasai. Dengan menggunakan "tangga manusia", pasukan Khalid
berhasil menembus benteng Aleppo. Kaisar Heraklius dengan sedih terpaksa
mundur ke Konstantinopel, meninggalkan seluruh wilayah Syria yang telah
lima abad dikuasai Romawi.
Penguasa Yerusalem juga menyerah. Namun mereka hanya akan menyerahkan
kota itu pada pemimpin tertinggi Islam. Maka Umar pun berangkat ke
Yerusalem. Ia menolak dikawal pasukan. Jadilah pemandangan ganjil itu.
Pemuka Yerusalem menyambut dengan upacara kebesaran. Pasukan Islam juga
tampil mentereng. Setelah menaklukkan Syria, mereka kini hidup
makmur.Lalu Umar dengan bajunya yang sangat sederhana datang menunggang
unta merah. Ia hanya disertai seorang pembantu. Mereka membawa sendiri
kantung makanan serta air.
Kesederhanaan Umar itu mengundang simpati orang-orang non Muslim.
Apalagi kaum GerejaSyria dan Gereja Kopti-Mesir memang mengharap
kedatangan Islam. Semasa kekuasaan Romawi mereka tertindas, karena yang
diakui kerajaan hanya Gereja Yunani. Maka, Islam segera menyebar dengan
cepat ke arah Memphis (Kairo), Iskandaria hingga Tripoli, di bawah
komandoAmr bin Ash dan Zubair, menantu Abu Bakar.
Ke wilayah Timur, pasukan Saad bin Abu Waqas juga merebut Ctesiphon
–pusat kerajaan Persia,pada 637 Masehi. Tiga putri raja dibawa ke
Madinah, dan dinikahkan dengan Muhammad anak Abu Bakar, Abdullah anak
Umar, serta Hussein anak Ali. Hussein dan istrinya itu melahirkan Zainal
Ali Abidin -Imam besar Syiah.
Dengan demikian, Zainal mewarisi darah Nabi Muhammad, Ismail dan
Ibrahim dari ayah, serta darah raja-raja Persia dari ibu. Itu yang
menjelaskan mengapa warga Iran menganut aliran Syiah. Dari Persia, Islam
kemudian menyebar ke wilayah Asia Tengah, mulai Turkmenistan,
Azerbaijan bahkan ke timur ke wilayah Afghanistan sekarang.
Banyak Sekali Sifat-sifat teladan yang patut kita contoh dari Seorang
Umar Bin Khatab, Salah satunya adalah, Suatu ketika Umar bin Khattab
sedang berkhotbah di masjid di kota Madinah tentang keadilan dalam
pemerintahan Islam. Pada saat itu muncul seorang lelaki asing dalam
masjid , sehingga Umar menghentikan khotbahnya sejenak, kemudian ia
melanjutkan.
"Sesungguhnya seorang pemimpin itu diangkat dari antara kalian bukan
dari bangsa lain. Pemimpin itu harus berbuat untuk kepentingan kalian,
bukan untuk kepentingan dirinya, golongannya, dan bukan untuk menindas
kaum lemah. Demi Allah, apabila ada di antara pemimpin dari kamu
sekalian menindas yang lemah, maka kepada orang yang ditindas itu
diberikan haknya untuk membalas pemimpin itu. Begitu pula jika seorang
pemimpin di antara kamu sekalian menghina seseorang di hadapan umum,
maka kepada orang itu harus diberikan haknya untuk membalas hal yang
setimpal."
Selesai khalifah berkhotbah, tiba-tiba lelaki asing tadi bangkit
seraya berkata; "Ya Amiirul Muminin, saya datang dari Mesir dengan
menembus padang pasir yang luas dan tandus, serta menuruni lembah yang
curam. Semua ini hanya dengan satu tujuan, yakni ingin bertemu dengan
Tuan."
"Katakanlah apa tujuanmu bertemu denganku," ujar Umar.
"Saya telah dihina di hadapan orang banyak oleh Amr bin Ash, gubernur
Mesir. Dan sekarang saya akan menuntutnya dengan hukum yang sama."
"Ya saudaraku, benarkah apa yang telah engkau katakan itu?" tanya khalifah Umar ragu-ragu.
"Ya Amiirul Muminin, benar adanya."
"Baiklah, kepadamu aku berikan hak yang sama untuk menuntut balas.
Tetapi, engkau harus mengajukan empat orang saksi, dan kepada Amr aku
berikan dua orang pembela. Jika tidak ada yang membela gubernur, maka
kau dapat melaksanakan balasan dengan memukulnya 40 kali."
"Baik ya Amiirul Muminin. Akan saya laksanakan semua itu," jawab
orang itu seraya berlalu. Ia langsung kembali ke Mesir untuk menemui
gubernur Mesir Amr bin Ash.
Ketika sampai ia langsung mengutarakan maksud dan keperluannya. "Ya
Amr, sesungguhnya seorang pemimpin diangkat oleh rakyat, dari rakyat,
dan untuk rakyat. Dia diangkat bukan untuk golongannya, bukan untuk
bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya, dan bukan pula untuk
menindas yang lemah dan mengambil hak yang bukan miliknya. Khalifar Umar
telah memberi izin kepada saya untuk memperoleh hak saya di muka umum."
"Apakah kamu akan menuntut gubernur?" tanya salah seorang yang hadir.
"Ya, demi kebenaran akan saya tuntut dia," jawab lelaki itu tegas.
"Tetapi, dia kan gubernur kita?"
"Seandainya yang menghina itu Amiirul Muminin, saya juga akan menuntutnya."
"Ya, saudara-saudaraku. Demi Allah, aku minta kepada kalian yang mendengar dan melihat kejadian itu agar berdiri."
Maka banyaklah yang berdiri.
"Apakah kamu akan memukul gubernur?" tanya mereka.
"Ya, demi Allah saya akan memukul dia sebanyak 40 kali."
"Tukar saja dengan uang sebagai pengganti pukulan itu."
"Tidak, walaupun seluruh masjid ini berisi perhiasan aku tidak akan melepaskan hak itu," jawabnya .
"Baiklah, mungkin engkau lebih suka demi kebaikan nama gubernur kita, di antara kami mau jadi penggantinya," bujuk mereka.
"Saya tidak suka pengganti."
"Kau memang keras kepala, tidak mendengar dan tidak suka usulan kami sedikit pun."
"Demi Allah, umat Islam tidak akan maju bila terus begini. Mereka
membela pemimpinnya yang salah dengan gigih karena khawatir akan
dihukum," ujarnya seraya meninggalkan tempat.
Amr binAsh serta merta menyuruh anak buahnya untuk memanggil orang
itu. Ia menyadari hukuman Allah di akhirat tetap akan menimpanya
walaupun ia selamat di dunia.
"Ini rotan, ambillah! Laksanakanlah hakmu," kata gubernur Amr bin Ash
sambil membungkukkan badannya siap menerima hukuman balasan.
"Apakah dengan kedudukanmu sekarang ini engkau merasa mampu untuk menghindari hukuman ini?" tanya lelaki itu.
"Tidak, jalankan saja keinginanmu itu," jawab gubernur.
"Tidak, sekarang aku memaafkanmu," kata lelaki itu seraya memeluk
gubernur Mesir itu sebagai tanda persaudaraan. Dan rotan pun ia
lemparkan.
Umar wafat pada tahun 23 Hijriah atau 644 Masehi. Saat salat subuh,
seorang asal Parsi Firuz menikamnya dan mengamuk di masjid dengan pisau
beracun. Enam orang lainnya tewas, sebelum Firus sendiri juga tewas.
Banyak dugaan mengenai alasan pembunuhan tersebut. Yang pasti,ini adalah
pembunuhan pertama seorang muslim oleh muslim lainnya.
Umar bukan saja seorang yang sederhana, tapi juga seorang yang berani
berijtihad. Yakni melakukan hal-hal yang tak dilakukan Rasul. Untuk
pemerintah, ia membentuk departemen-departemen.Ia tidak lagi membagikan
harta pampas an perang buat pasukannya, melainkan menetapkan gaji buat
mereka. Umar memulai penanggalan Hijriah, dan melanjutkan pengumpulan
catatan ayat Quran yang dirintis Abu Bakar. Ia juga memerintahkan salat
tarawih berjamaah. (w2p) www.suaramedia.com
Kisah Khalifah Abu Bakar As-Sidiq
Author :
mi darul huda 2
Kisah Khalifah Abu Bakar As-Sidiq - Abu Bakar bin Abu Quhafah, turunan bani Taim bin Murrah, bin Kaab, bin
Luai, bin Kalb Al-Qurasyi. Pada Murrah bertemulah nasabnya dengan Rasul.
ibunya Ummul Khair Salma binti Sakhr bin Anrir, turunan Taim bin Murrah
juga . Dia lahir pada tahun kedua dari tahun gajah, jadi dua tahun
lebih tua Rasulullah daripadnya. Sejak mudanya telah masyhur budinya
yang tinggi dan perangai- nya yang terpuji. Dia sanggup menyediakan
segala bekal rumah- tangganya dengan usahanya sendiri. Sebelum
Rasulullah diutus, persahabatan mereka telah karib juga.
Tatkala telah ditetapkan beliau menjadi Nabi, maka Abu Bakarlah
laki-laki dewasa yang mula-mula sekali mempercayainya. Rasulullah paling
sayang dan cinta kepada sahabatnya itu, kerana dia adalah sahabat yang
setia dan hanya satu-satunya orang dewasa tempatnya mesyuarat di waktu
pejuangan dengan kaum Quraisy sangat hebatnya.
Tiap-tiap orang besar mempunyai kelebihan sendiri, yang akan diingat
orang bila menyebut namanya. Abu Bakar masyhur dengan kekuatan kemahuan,
kekerasan hti, pemaaf tetapi rendah hati, dermawan dan berani bertindak
lagi cerdik.
Di dalam mengatur pemerintahan, meskipun tidak lama, masyhur
siasatnya yang mempunyai semboyan keras tak dapat dipatahkan, lemah
lembut tetapi tak dapat disenduk. Hukuman belum dijatuhkan sebelum
pemeriksaan memuaskan hatinya, sebab itu diperintahkan- nya kepada
wakil-wakilnya di tiap-tiap negeri supaya jangan tergesa-gesa
menjatuhkan hukum.
Salah menghukum seseorang hingga tidak jadi terhukum, lebih baik
daripada salah hukum yang menyebabkan yang tidak bersalah sampai
terhukum. Meskipun sukar hidupnya, pantang benar baginya mengadukan
halnya kepada orang lain.
Tidak ada orang yang tahu kesusahan hidupnya, kecuali beberapa orang
sahabatnya yang karib yang senantiasa memperhatikan dirinya, sebagai
Umar. Setelah dia diangkat menjadi Khalifah, beberapa bulan dia masih
rneneruskan pemiagaannya yang kecil itu. Tetapi kemudian ternyata rugi,
sebab telah menghadapi urusan negeri sehingga dengan permintaan orang
banyak, pemiagaan itu iberhentikannya dan dia mengambil kadar belanja
tiap hari daripada wang negara.
Jadi Khalifah
Rasulullah memegang dua jabatan, pertama menyampaikan kewajiban
sebagai seorang pendakwah. Kedua bartindak selaku ketua kaum Muslimin.
Kewajiban pertama telah selesai seketika dia menutup mata, tetapi
kewajiban yang kedua, menurut partimbangan kaum Muslimin ketika itu
perlu disambung oleh yang lain, kerana suatu umat tidak dapat tersusun
persatuannya kalau mereka tidak mempunyai pemimpin. Sebab itu perlu ada
gantinya (khalifahnya).
Belum lagi Rasulullah dikebumikan, telah timbul dua macam pendapat.
Pertama ialah menentukan pangkat Khalifah itu di antara kaum keluarga
Rasulullah yang terdekat.Pendapat pertama ini terbagi dua pula. Pertama
rnenentukan pangkat Khalifah itu dalam persukuan Rasulullah. Kedua
hendaklah ditentukan di dalam rumahtangganya yang sekarib-karibnya. Di
waktu dia menutup mata adalah orang yang paling karib kepadanya saudara
ayahnya; Abbas bin Abdul Muttalib dan anak saudara ayahnya Ali dan Aqil,
keduanya anak Abu Thalib. Kelebihan Ali daripada Abbas dan Aqil ialah
kerana dia menjadi menantu pula dari Rasulullah, suami dari Fatimah.
Kelebihan Abbas ialah dia waris yang paling dekat kepada beliau. Artinya
jika sekiranya tidaklah ada beliau meninggalkan anak dan isteri, maka
Abbas itulah yang akan menjadi ashabah (waris yang menerima sisa harta)
yakni kalau harta Rasulullah boleh diwariskan.
Pendapat kedua: Khalifah hendaklah orang Ansar. Setelah Rasulullah
wafat, berkumpulah kepala-kepala kaurn Ansar di dalam sebuah balairung
kepunyaan bani Saidah, balk Ansar pihak Aus mahupun Ansar dari persukuan
Khazraj. Maksud mereka hendak memilih Saad bin Ubadah menjadi Khalifah
Rasulullah, sebab dialah yang paling terkedahapan dari pihak kaum Ansar
ketika itu.
Apa lagi Saad sendiri telah berpidato kepada mereka yang menganjurkan
bagaimana keutamaan dan kemuliaan kaum Ansar, terutama dalam membela
Rasulullah dan mempertahankan agama Islam, sehingga beroleh gelar Ansar,
artinya pembela, tidak ada orang lain yang berhak menjabat pangkat itu
melainkan Ansar. Perkataannya itu sangat mendapat perhatian dari
hadirin, semuanya setuju. Tetapi salah seorang di antara yang hadir
bertanya: Bagaimana kalau saudara-saudara kita orang Quraisy tidak
setuju, dan sekiranya mereka kemukakan alasan bahwa merekalah kaum
kerabat yang karib dan ahli negerinya, apa jawab kita? Seorang Ansar
menjawab saja dengan cepat: Kalau mereka tidak setuju, lebih baik kita
pilih saja seorang Amir dari pihak kita dan mereka pun memilih pula Amir
dari pihaknya, dan kita tidak mahu dengan aturan yang lain.
Saad membantah sangat pendapat itu, dia berkata: Itulah pangkal
kelemahan. Berita permesyuaratan itu lekas sampainya kepada orang-orang
besar dalam Muhajirin, sebagai Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan
lain-lain. Sebentar itu juga dengan segera mereka pergi ke balairung
itu. Baru saja sampai Abu Bakar terus berpidato: Allah Taala telah
memilih Muhammad menjadi RasulNya, membawa petunjuk dan kebenaran. Maka
diserunyalah kita kepada Islam, dipegangnya ubun-ubun kita semuanya dan
dipengaruhinya baiat kita.
Kamilah kaum Muhajirin yang mula-mula memeluk Islam, kamilah keluarga
Rasulullah, dan kamilah pula suatu kabilah yang boleh dikatakan menjadi
pusat perhubungan semua kabilah di Tanah Arab ini, tidak ada satu
kabilah pun yang tidak ada perhubungannya dengan kami. Dan kamu pula,
kamu mempunyai kelebihan dan keutamaan. Kamu yang membela dan menolong
kami, kamulah wazir-wazir besar kami di dalam pekeriaan besar agama ini,
dan wazir Rasulullah, kamulah saudara kandung kami di bawah lindungan
Kitabullah, kamu kongsi kami dalam agama, baik di waktu senang apa lagi
di waktu susah. Demi Allah, tidak ada kebaikan yang kami dapati,
melainkan segala kebaikan itu kamu pun turut menanamnya. Kamulah orang
yang paling kami cintai, paling kami muliakan, dan orang-orang yang
paling patut takluk kepada kehendak Allah mengikut akan suruhNya.
Janganlah kamu dengki kepada saudara kamu kaum Muhajirin, sebab
kamulah sejak dahulunya orang yang telah sudi menderita susah lantaran
membela kami. Saya percaya sungguh, bahwa haluan kamu belum berubah
kepada kami, kamu masih tetap cinta kepada Muhajirin. Saya percaya
sungguh, bahwa nikmat yang telah dilebihkan Tuhan kepada Muhajirin ini
tidak akan kamu hambat, saya percaya sungguh bahwa kamu tidakkan dengki
atas ini: Sekarang saya serukan kamu memilih salah seorang daripada yang
berdua ini, iaitu Abu Ubaidah atau Umar, keduanya saya percaya sanggup
memikulnya, dan keduanya memang ahlinya.
Setelah selesai pidato Abu Bakar itu, maka berdirilah Khabbab bin
Al-Munzir berpidato pula:Wahai sekalian Ansar, pegang teguh hakmu,
seluruh manusia di pihakmu dan membelamu, seorang pun tidak ada yang
akan berani melangkahi hakmu, tidak akan diteruskan orang suatu
pekerjaan, kalau kamu tak campur di dalam. Kamu ahli kegagahan dan
kemuliaan, kaya dan banyak bilangan, teguh dan banyak pengalaman, kuat
dan gagah perkasa. Orang tidak akan melangkah ke muka sebelum melihat
gerak kamu. Kamu jangan berpecah, supaya maksud kita jangan terhalang.
Kalau mereka tidak hendak memperhatikan iuga, biarlah mereka beramir
sendiri dan kita beramir sendiri pula.
Mendengar itu Umar lalu menyambung pembicaraannya: Jangan, itu
sekali-kali jangan disebut: Tidak dapat berhimpun dua kepala dalam satu
kekuasaan. Khabbab berdiri kembali:Sekalian Ansar! Pegang teguh hakmu
jangan undur, jangan didengarkan cakap orang ini dan kawan- kawannya,
lepas hakmu kelak. Hebat sekali pertentangan Umar dengan Khabbab. Dengan
tenang Abu Ubaidah tampil ke muka dan berkata: Kaum Ansar! Ingatlah
bahwa kamu yang mula-mula menjadi pembela dan penolong, rnaka ianganlah
kamu pula yang mula-mula menjadi pemecahan dan penukar. Dengan tangkas
Basyir bin Saad tampil ke muka, dia seorang yang terpandang dalam
golongan Ansar dari Aus: Wahai kaum Ansar, memang, demi Allah, kita
mempunyai beberapa kelebihan dan keutamaan, di dalam pejuangan yang
telah ditempuhi oleh agama ini. Tetapi ingatlah, pekerjaan besar itu
kita lakukan bukanlah lantaran mengharap yang lain, hanyalah semata-mata
mengharapkan redha Allah dan taat kepada Nabi kita, untuk penunjukan
diri kita masing-masing kepada Tuhan!
Sebab itu tidaklah patut kita me- manjangkan mulut menyebut-nyebut
jasa itu kepada manusia, jangan diambil menyebut-nyebut jasa itu untuk
peningkat dunia. Ingatlah bahwa Allah telah memberi kita kemuliaan dan
pertolongan bukan sedikit. Ingat pula bahwa Muhammad itu terang dari
Quraisy, kaumnya lebih berhak menjadi penggantinya mengepalai kita. Demi
Allah, saya tidak mendapat satu jalan untuk menentang mereka pada
pekejaan yang telah terang ini. Takutlah kepada Allah, jangan bertingkah
dengan saudara-saudara kita Muhajirin, jangan berselisih! Majlis
tenang!
Ketika itu berkatalah Abu Bakar: Ini ada Abu Ubaidah dan Umar,
pilihlah mana di antara keduanya yang kamu sukai dan baiatlah! Dengan
serentak keduanya membantah:Tidak, tidak. Demi Allah, kami tidak akan
mahu menerima pekerjaan besar ini selama engkau masih ada, engkaulah
orang Muhajirin yang lebih utama, engkaulah yang berdua saja dengan dia
di dalam gua ketika terusir, engkaulah yang ditetapkannya menjadi
gantinya sembahyang seketika dia sakit, ingatlah bahwa sembahyang itu
seutama-utama agama orang Islam! Siapakah yang akan berani melangkahimu
dan memegang pekerjaan ini…? Tadahkan tanganmu, kami hendak membaiatkan
engkau!
Lalu Umar mengambil tangannya dan membaiatnya, setelah itu mengikut
Abu Ubaidah, diiringi oleh Basyir bin Saad. Basyir dari golongan Ansar
persukuan Aus, Saad bin Ubadah dari persukuan Khazraj, Aus jauh lebih
kecil persukuannya daripada Khazraj. Kalau sekiranya jadi pekerjaan
Khalifah diberikan kepada Ansar, tentu Aus selamanya tidak juga akan
mendapat giliran kerana kecilnya. Ini kelak akan mendatangkan fitnah
juga dalam negeri Madinah, menimbulkan permusuhan zaman jahiliyah.
Inilah yang ditimbang oleh Basyir ketika berpidato itu.
Demi melihat Basyir membaiat, maka berduyun-duyunlah anggota Aus yang
lain mem- baiat Abu Bakar. Melihat itu, maka anggota-anggota Khazraj
pun telah terpengaruh pula oleh.semangat pertemuan itu, kesemuanya
tampil ke muka membaiat Khalifah yang tercinta itu, sehingga Abu Ubaidah
yang duduk bersandar ke dinding kerana tidak boleh berdiri lantaran
demam, hampir terpijak. Adapun Ali bin Abu Thalib, ia tidak hadir di
situ, lantaran sedang menjaga jenazah Rasulullah, dan ketidak-hadirannya
itu menjadi alasan pula baginya untuk tidak turut membaiat. Melihat
ramai pihak yang telah datang berduyun-duyun membaiat Abu Bakar, maka
bani Hasyim pun tidaklah dapat mengelakkan diri lagi, apalagi setelah
mereka mengerti bahwa khalifah itu bukanlah sama dengan pangkat
kenabian.
Insaflah mereka bahwa perkara ini bukan perkara urusan keluarga,
tetapi urusan siapakah orang yang paling mulia di sisi Nabi, padahal
mereka semuanya memang mengakui akan keutamaan Abu Bakar Apakah lagi
suatu kelebihan yang lebih utama daripada meniadi wakil Rasulullah
bersembahyang di waktu sakitnya. Kalau Rasulullah sendiri telah percaya
kepadanya dalam urusan dunia, iaitu memerintah umat, Ali sendiri pun
akhimya mem- baiatnya juga, iaitu beberapa waktu setelah wafat isterinya
Fatimah binti Rasulullah itu.
Pidato Abu Bakar
Setelah selesai orang membaiat itu, Abu Bakar pun berpidatolah,
sebagai sambutan atas kepercayaan orang banyak kepada dirinya itu,
penting dan ringkas:Wahai manusia, sekarang aku telah menjabat pekerjaan
kami ini, tetapi bukanlah aku orang yang lebih baik daripada kamu. Maka
jika aku lelah berlaku baik dalam jabatanku, sokonglah aku. Tetapi
kalau aku berlaku salah, tegakkanlah aku kembali. Kejujuran adalah suatu
amanat, kedustaan adalah suatu khianat. Orang yang kuat di antara kamu,
pada sisiku hanyalah lemah, sehingga hak si lemah aku tarik
daripadanya. Orang yang lemah di sisimu, pada sisiku kuat, sebab akan ku
ambilkan daripada si kuat akan haknya, Insya Allah. Janganlah kamu suka
menghentikan jihad itu, yang tidak akan ditimpa kehinaan. Taatlah
kepadaku selama aku taat kepada Allah dan RasulNya. Tetapi kalau aku
langgar perintahNya, tak usahlah aku kamu taat dan ikut lagi. Berdirilah
sembahyang, moga- moga rahmat Allah meliputi kamu.
Tentera Usamah
Bukanlah urusan baiat yang sulit itu saja bahaya yang menimpa umat
Islam sewafat Rasulullah. Tetapi baru saja tersiar khabar kematian itu
ke seluruh benua Tanah Arab bergeraklah orang-orang munafik yang hendak
mencari keuntungan diri sendiri, timbullah golongan kaum murtad dan
Nabi-nabi palsu, semuanya hendak memberontak melepaskan diri daripada
persatuan Islam yang baru tegak itu. Sedang kaum Muslimin sendiri ketika
itu di dalam susah besar dan kemasyghulan lantaran kematian Nabi.
Kaum pemberontak itu baru saja memeluk Islam, mereka belum tahu
hakikat agama, masuknya ke agama hanya dipengaruhi gerakan ramai, dan
segan kepada kekuasaan Nabi. Tentu saja setelah Nabi wafat mereka hendak
belot. Ada satu golongan pula yang sudi mendirikan sembahyang, tetapi
tidak hendak mengeluarkan zakat lagi. Demikian besar bahaya yang sedang
mengancam, sedikit pun tidak kelihatan perubahan muka Abu Bakar. Ada
orang mengatakan kepadanya supaya orang-orang yang tidak sudi
mengeluarkan zakat itu tak usah diperangi, kerana mereka masih sudi
sembahyang. Tetapi dengan tegas beliau berkata: Tidak, penderhaka yang
hendak memperbedakan sembahyang dengan zakat itu mesti kuperangi juga,
walau saya akan dihambat dengan ikatan sekalipun.
Tetapi sebelum mengatur persiapan memerangi pemberontak- pemberontak
itu, Abu Bakar lebih dahulu hendak menyempurnakan angkatan perang di
bawah pimpinan Usamah yang usianya masih terlalu muda, baru kira-kira 17
tahun. Dia diangkat oleh Rasulullah menjadi kepala perang, tetapi
pejalanannya diundurkan lantaran kematian Rasulullah. Banyak ketua-ketua
Quraisy menjadi perajurit di bawah perintahnya. Demi setelah Rasulullah
wafat, Umar meminta supaya pengiriman Usamah itu diundurkan saja kerana
banyak yang lain yang lebih penting, atau tukar dengan kepala tentera
yang lebih tua.
Dengan gagah dia mendekati Umar dan menunjukkan kuasa dan
kekerasannya kepada sahabatnya itu: Celaka engkau, wahai anak si
Khattab, Rasulullah sendiri yang mengangkat dia, belum lama lagi dia
terkubur, engkau menyuruh saya mengubah perintahnya? Pemberangkatan
Usamah itu dilangsungkan juga. Dia pergi ke tempat perhentian perajurit
Usamah untuk melepaskan mereka. Ketika dia memberikan pesannya yang
penting-penting kepada Usamah, Usamah di atas kenderaannya dan beliau
berjalan kaki. Biarlah hamba turun ke bawah dan paduka naik ke atas
kenderaan ini, kata Usamah. Tidak, jawab beliau, Belumlah akan mengapa
jika kakiku kena debu beberapa saat di dalam menegakkan jalan Allah.
Setelah itu dimintanya kalau boleh Usamah mengizinkan Umar tinggal di
Madinah, tidak jadi pergi berperang, kerana Umar perlu benar baginya
untuk teman di dalam mengatur siasat negeri. Maka permintaan itu
dikabulkan oleh Usamah.
Tidaklah mahu Khalifah itu memerintahkan kepada ketua perang yang
telah diserahinya pimpinan itu supaya Umar jangan dibawa, melainkan
dimintanya. Ketika mereka akan berangkat itu beliau berpidato: Jangan
khianat, jangan mungkiri janji, jangan dianiaya bangkai musuh yang telah
mati, jangan dibunuh anak-anak, orang kua dan perempuan. Jangan
dipotong batang kurma, jangan dibakar dan jangan di-tumbangkan
kayu-kayuan yang berbuah, jangan disembelihi saja kambing, sapi dan
unta, kecuali sekadar akan dimakan. Kalau kamu bertemu dengan suatu kaum
yang telah menyisihkan dirinya di dalam gereja-gereja hendaklah
dibiarkan saja.
Jika engkau bertemu dengan suatu kaum yang bercukur tengah-tengah
kepalanya dan tinggal tepinya sebagai lingkaran, hendaklah perangi!
Kalau diberi orang makanan hendaklah bacakan nama Allah seketika
memakannya. Hai Usamah, berbuatlah apa yang diperintahkan Nabi kepadamu
di negeri Qudhaah itu, dan jangan engkau lalaikan sedikit pun
perintah-perintah Rasulullah. Setelah dilepaskan tentera itu di Jaraf,
beliau kembali ke Madinah.
Usamah pun berangkat dikepungnyalah negeri Qudhaah itu, empat puluh
hari lamanya pertempuran hebat dengan musuh, maka dia pun kembali dengan
kemenangan. Tentera ke Qudhaah ini bukan sedikit memberi kesan kepada
musuh-musuh yang lain, timbul perkataan, kalau sekiranya kaum Muslimin
tidak mempunyai ke- kuatan, tetu mereka tidak akan mengirim tentera ke
negeri Qudhaah lebih dahulu sebelum menaklukkan yang lain. Akan
huru-hara di segala pihak yang telah ditimbulkan oleh kaum murtad itu,
yang agaknya bagi orang lain boleh mendatangkan kekusutan fikiran, oleh
beliau ditunggu saja dengan tenang ketika yang balk. Ditunggunya Usamah
pulang, kerana di sana terletak sebahagian besar kekuatan.
Setelah kembali dengan kemenangan- nya, maka Usamah dan tenteranya
disuruhnya istirahat, kerana beliau hendak menyelesaikan lebih dahulu
kekusutan yang ditimbulkan oleh kaum Absin dan Dhabyaan di luar Madinah,
yang mencuba hendak memberontak pula. Pimpinan kota Madinah diserahkan
kepada yang lain dan beliau sendiri pergi menaklukkan kedua kaum itu
kembali, hingga tunduk. Setelah itu barulah diatumya tentera untuk
mengalahkan kaum-kaum perusuh pemberontak itu. Tentera itu disuruh ke
Dzul Qisah, kira-kira 10 batu dari Madinah, menghadap ke Najd. Di
sanalah dibaginya 11 buah bendera kepada 11 orang kepala perang:
1. Kepada Khalid bin Al-Walid, pergi memerangi Thulaihah bin
Khuwailid Al-Asadi di negeri Bazaakhah. Kalau telah selesai di sana,
teruskan mengalahkan Malik bin Nuwairah di negeri Batthaah.
2. Ikrimah bin Abu Jahal, memerangi Musailamah di Yamamah.
3. Di belakang Ikrimah disusuli oleh tentera Syurahbil bin Hasanah.
4. Al-Muhajir bin Abu Umaiyah ke Yaman, mengalahkan Al-Aswad Al-Ansi.
5. Huzaifah bin Mihsan mengalahkan negeri Daba di Uman.
6. Arfajah bin Hartsamah ke negeri Muhrah.
7. Suwaid bin Mukrin ke Ti~Mmah di Yaman.
8. Al-Ala bin Al-Hadhramiy ke negeri Bahrein.
9. Thuraifah bin Hajiz ke negeri bani Sulaim dan Hawazin.
10. Amru bin Al-Ash ke negeri Qudhaah.
11. Khalid bin Said ke tanah-tanah tinggi Syam.
Dengan hati yang teguh dan kesetiaan kepala-kepala perang itu, di
dalam masa yang tidak berapa lama, seluruh pemberontakan dan huru-hara
itu, yang ditimbulkan oleh beberapa orang yang mengakui dirinya jadi
Nabi, atau yang hendak mencari keuntungan diri, me- mecahkan persatuan
agama, telah dapat disapu bersih, itulah salah satu daripada kemuliaan
yang tak dapat dilupakan oleh tarikh tentang diri Khalifah Rasulullah
itu.
Menaklukkan Parsi
Setelah selesai huru-hara di dalam negeri itu, Mhalifah Rasulullah
menghadap ke luar negeri, menaklukkan negeri Parsi. Untuk itu telah
diangkatnya kepala perang besar yang masyhur Saifullah Khalid bin
Al-Walid. Kalau kelak maksud ini berhasil, perjalanan boleh di-
teruskannya ke batas-batas Hindustan. Untuk pembantunya diangkat Iyadh
bin Ghanam, masuk dari utara Iraq. Penyerang Khalid telah berhasil masuk
di negeri Parsi, sejak dari pinggir sungai Fblrat, sampai ke Ubullah,
melinkungi Syam, Iraq dan Jazirah, demikian juga sebelah timur sungai
Furat. Di beberapa tempat pahlawan besar itu telah bertempur dengan
tentera-tentera Parsi, Rumawi dan Arab yang masih belum masuk kepada
persatuan besar ini. Namanya kian menakutkan musuh.
Namanya lebih dakulu telah menggegarkan tempat yang belum
dimasukinya. Kalau suatu negeri ditaklukkannya, maka di sana diangkatnya
seorang amir yang akan mengatur kharaj (cukai) dari ahli zimmah.
Namanya sangat dipuji oleh musuhnya sebab orang tani dan pertaniannya
tidak pernah digangunya melainkan dipeliharanya. Lantaran itu jikalau
dia masuk ke negeri Arab yang masih di bawah bendera (protectorat)
Parsi, orang di sana lebih suka diperintahnya dan belot dari
pemerintahan yang lama, sedang agama tidak diganggu. Sebab orang Arab di
sana memeluk agama Masihi. Kalau terjadi perang landing, menjadi
kehinaan besar baginya kalau perang itu hanya bertegang urat leher dari
jauh menghabiskan tempoh, dia lebih suka kepada permainan pedang,
bertanding kepahlawanan, terutama dengan kepala-kepala kaum itu. Sebab
dengan demikian, tempoh perang dapat disingkat- kan. Temannya Iyadh
telah dapat menguasai Daumatul Jandal, sampai ke Iraq. Di Hirah kedua
kepala perang yang gagah itu bertemu.
Menaklukkan Syam
Setelah itu Abu Bakar mengirim surat kepada penduduk Makkah, Thaif,
Yaman dan sekalian negeri Arab, sampai ke Najd dan seluruh Hejaz disuruh
bersiap untuk mengatur suatu bala tentera besar, akan melakukan suatu
peperangan yang besar, iaitu menaklukkan negeri Syam, pusat kerajaan
Rumawi pada masa itu. Mendengar seruan itu orang pun bersiap. Sebagian
besar kerana mengharapkan bertempur mempertahankan agama, dan tentu
tidak kurang pula yang mengharapkan harta rampasan.
Kata Ath-Thabari: Tiap-tiap ketua perang itu telah ditentukan tempat
tinggal mereka sebelum negeri itu dimasuki, buat Abu Ubaidah telah
ditentukan Hems, buat Yazid bin Abu Sufyan negeri Damsyik, buat
Syurahbil bin Hasanah negeri Urdan (Jordan), buat Amru bin Al-Ash dan
Alqamah bin Al-Munzir negeri Palestin, Kalau telah selesai, maka Alqamah
akan meneruskan perjalanan ke Mesir.
Peperangan yang paling masyhur hebat dan besamya ketika penaklukan
Syam itu ialah peperangan Yarmuk, iaitu suatu sungai besar. Di sanalah
orang Rumawi dapat membutikan bahwa musuhnya memang besar dan kekuatan
mereka sendiri tidak ada lagi. Sejak waktu itulah berturut-turut jatuh
negeri Quds, Damsyik, Hems, Humaat, Halab dan lain-lain. Sedianya
peperangan ini tidaklah akan berakhir begitu me- nyenangkan. Kerana
telah berhari berpekan peperangan di Yarmuk itu dilangsungkan, belum
juga berakhir dengan balk. Sebab tiap-tiap ketua perang itu
mengendalikan tenteranya sendiri-sendiri, kepala perang besar untuk
menyatukan komando tidak ada. Padahal orang Rumawi telah bermaksud
hendak keluar dari benteng mereka me- lakukan serangan besar-besaran.
Waktu iku datanglah Khalid bin Al-Walid dengan tiba-tiba, yakni
setelah selesai melakukan serangan- nya di Parsi. Dia mendapat surat
Khalifah menyuruh lekas pindah ke Rumawi. Setelah tiba di situ
dikumpulkannya kepala-kepala perang dan diadakannya pidato yang
berapi-api untuk menaikkan semangat. Di antara ucapannya:Saya tahu bahwa
kamu semua telah dipecah- pecahkan oleh kemegahan dunia. Demi Allah!
Sekarang berhentikanlah itu, degarlah bicaraku! Hendaklah pimpinan
tentera disatukan, sehari si anu, sehari lagi si anu. Hari ini biar
saya, besok salah seorang di antara kamu. Orang-orang itu menerima.
Baru saja tentera berada di bawah pimpinannya, sudah nampak alamat
kemenangan, sehingga besoknya tidak ada yang berani menggantikan lagi.
Begitulah kemenangan telah diperoleh di bawah pimpinan Khalid. Satu
cubaan besar datanglah kepada pahlawan itu seketika perang sangat
hebatnya. Surat datang dari Madinah, menyatakan bahwa Khalifah
Rasulullah yang pertama wafat. Sekarang yang memerintah ialah Umar,
bukan Abu bakar lagi. Khalid mesti berhenti memimpin peperangan,
digantikan oleh Abu Ubaidah. Surat itu disimpannya saja sampai
peperangan berhenti, takut tentera akan kacau.
Setelah kalah musuh dan menang kaum Muslimin, barulah dia datang
kepada Abu Ubaidah, mengucapkan salam kepada Amirul- Jaisy (kepala
tentera). Dan dengan muka gagah segala pimpinan diserahkannya, dia tetap
menjadi seldadu biasa meneruskan per- tempuran ke tempat-tempat yang
lain. Seketika ditanyai orang, dengan megah pahlawan itu berkata: Saya
berperang bukan lantaran Umar! Laksana Basyir, pahlawan Ansar tempoh
hari itu pula mengatakan ahwa Ansar bertempur bukan mencari megah dunia!
Lebih dari 100,000 tentera Rumawi binasa waktu itu.
Wafatnya Abu Bakar
Pada 7 haribulan Jumadil Akhir tahun ketiga belas Hijrah, beliau
ditimpa sakit. Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu, wafatlah
beliau pada 21 haribulan Jumadil Akhir tahun 13H, bertepatan dengan
tanggal 22 Ogos tahun 634 Masihiyah. Lamanya memerintah ialah 2 tahun 3
bulan 10 hari. Dikebumikan di kamar Aisyah di samping makam sahabatnya
yang mulia Rasulullah sallallaahu alaihi wasallam!. (ar/dkh) www.suaramedia.com
“Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Liang Lahad” dan “Menuntut Ilmu itu Wajib bagi Setiap Muslim dan Muslimah”
Author :
mi darul huda 2
“Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Liang Lahad” dan “Menuntut Ilmu itu Wajib bagi Setiap Muslim dan Muslimah”
Berikut penjelasan tentang 2 status hadits tersebut:
1. Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Liang Lahad (اطلبوا العلم من المهد الى اللحد)
Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah
rahimahullah (‘ulama hadits kontemporer, lahir tahun 1336 H dan wafat
tahun 1417 H) di kitab beliau Qimah az-Zaman ‘inda al-‘Ulama hal 30 (terbitan Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyah, cetakan ke-10) menyatakan:
هذا
الكلام : (طلب العلم من المهد الى اللحد) ويحكى أيضا بصيغة (اطلبوا العلم
من المهد الى اللحد) : ليس بحديث نبوي ، وإنما هو من كلام الناس ، فلا تجوز
إضافته إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم كما يتناقله بعضهم ، إذ لا ينسب
إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم إلا ما قاله أو فعله أو أقره
Artinya: “Perkataan ini, yaitu ‘menuntut
ilmu dari buaian sampai ke liang lahad’, dan disampaikan juga dengan
ungkapan ‘tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahad’, bukanlah
hadits Nabi. Ia hanyalah perkataan manusia biasa, dan tidak boleh
menyandarkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang. Tidak ada yang boleh
dinisbahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali
perkataan, perbuatan dan persetujuan beliau.”
Diceritakan juga bahwa Syaikh Ibn Baz rahimahullah dalam sebuah kajian beliau pernah menyatakan status hadits ini, yaitu ليس له أصل, tidak ada asalnya. (saya menemukan cerita ini di http://www.ahl-alsonah.com/vb/p1507.html dan http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=19129, keduanya diakses pada tanggal 30 Januari 2012)
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Markaz Fatwa situs islamweb.net. (http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=60804, diakses pada tanggal 30 Januari 2012)
Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah menyatakan bahwa ungkapan اطلبوا العلم من المهد الى اللحد ini maknanya benar, namun yang tidak boleh adalah menisbahkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Menuntut Ilmu itu Wajib bagi Setiap Muslim dan Muslimah (طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة)
Hadits طلب العلم فريضة على كل مسلم, tanpa tambahan ومسلمة diriwayatkan melalui banyak jalur dan terdapat di banyak kitab, diantaranya dikeluarkan oleh Ibn Majah dalam Sunan-nya(1/81), al-Bazzar dalam Musnad-nya(1/164) (13/240) (14/45), ath-Thabrani dalam al-Mu’jam ash-Shaghir (1/36) (1/58), juga dikeluarkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, al-Mu’jam al-Kabir dan Musnad asy-Syamiyin, dikeluarkan juga oleh al-Baihaqi dalam al-Madkhal ila as-Sunan al-Kubra (hadits no. 325, 326 dan 329).
‘Ulama berbeda pendapat tentang status hadits ini. Abu ‘Abdirrahman al-Albani rahimahullah dalam kitab Shahih at-Targhib wa at-Tarhib (1/17) dan Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah (1/296) menyatakan hadits ini shahih. Dalam kitab Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah (1/296), al-Albani mengutip hadits dari Ibn Majah:
حدثنا
هشام بن عمار حدثنا حفص بن سليمان حدثنا كثير بن شنظير عن محمد ابن سيرين
عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم طلب العلم فريضة على
كل مسلم وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب
Kemudian beliau berkomentar: “shahih, tanpa tambahan وواضع العلم dan seterusnya, tambahan tersebut statusnya dha’if jiddan.”
Imam Muhammad ibn ‘Abdirrahman as-Sakhawi rahimahullah dalam kitab beliau al-Maqasid al-Hasanah (1/121) menyatakan:
حديث:
اطلبوا العلم ولو بالصين، فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم، البيهقي في
الشعب، والخطيب في الرحلة وغيرها، وابن عبد البر في جامع العلم، والديلمي،
كلهم من حديث أبي عاتكة طريف بن سلمان، وابن عبد البر وحده من حديث عبيد بن
محمد عن ابن عيينة عن الزهري كلاهما عن أنس مرفوعا به، وهو ضعيف من
الوجهين، بل قال ابن حبان: إنه باطل لا أصل له، وذكره ابن الجوزي في
الموضوعات، وستأتي الجملة الثانية في الطاء معزوة لابن ماجه وغيره مع بيان
حكمها
Artinya: “Hadits ‘tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim’ disebutkan oleh al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, al-Khathib dalam ar-Rihlah dan selainnya, Ibn ‘Abdil Barr di Jami al-‘Ilm,
dan ad-Dailami. Seluruhnya meriwayatkan dari Abi ‘Atikah Tharib ibn
Salman, dan Ibn ‘Abdil Barr sendiri meriwayatkan dari ‘Ubaid ibn
Muhammad dari Ibn ‘Uyainah dan az-Zuhri. Keduanya dari Anas secara
marfu’. Dan ia dha’if dari dua sisi. Bahkan Ibn Hibban berkata:
‘sesungguhnya ia batil, tidak ada asalnya’. Dan ibn al-Jauzi juga
menyebutkannya dalam al-Maudhu’at. Dan nanti akan ada lagi di pembahasan huruf ‘tha’, dinisbahkan kepada Ibn Majah dan selainnya beserta penjelasan hukumnya.”
Dalam kitab yang sama (1/440), as-Sakhawi menyatakan:
حديث:
طلب العلم فريضة على كل مسلم، ابن ماجه في سننه، وابن عبد البر في العلم
له من حديث حفص بن سليمان عن كثير بن شنظير، عن محمد بن سيرين عن أنس به
مرفوعا بزيادة: وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ
والذهب، وحفص ضعيف جدا، بل اتهمه بعضهم بالكذب والوضع
Artinya: “Hadits ‘menuntut ilmu wajib atas setiap muslim’ disebutkan oleh Ibn Majah di Sunan-nya, Ibn ‘Abdil Barr dalam al-‘Ilm dari hadits Hafsh ibn Sulaiman, dari Katsir ibn Syinzir, dari Muhammad ibn Sirin, dari Anas secara marfu’, dengan tambahan وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب. Dan Hafsh dha’if jiddan, bahkan dituduh berdusta dan memalsukan hadits.”
As-Sakhawi (1/140) menjelaskan cukup
panjang tentang hadits ini, bahwa ia juga diriwayatkan dari beberapa
jalur lain, namun sebagian ulama mengatakan bahwa semua riwayat tersebut
mengandung cacat, tidak bisa dijadikan hujjah. Hal ini misalnya
disampaikan oleh Ibn ‘Abdil Barr dan al-Bazzar sebagaimana dikutip oleh
as-Sakhawi.
Sedangkan untuk tambahan kata ومسلمة, as-Sakhawi mengatakan bahwa tambahan tersebut tidak pernah disebutkan dalam jalur-jalur periwayatan yang ada.
Bisa disimpulkan, kata ومسلمة hanya tambahan dalam hadits yang tidak ada asalnya. Sedangkan hadits طلب العلم فريضة على كل مسلم tanpa tambahan ومسلمة diperselisihkan ulama keshahihannya.
Wallahu a’lam bish shawwab.
Hadits Walaupun Hanya membuang duri dijalan
Author :
mi darul huda 2
Hadits Walaupun Hanya membuang duri dijalan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda dalam sebuah hadis bahwa
iman memiliki lebih dari tujuh puluh
cabang. Cabang yang paling tinggi
dari cabang-cabang keimanan adalah
perkataan “ la ilaha illallah” dan
cabang yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan.
Secara tidak langsung, hadis tersebut
juga mengisyaratkan bahwa keimanan
seseorang itu bertingkat-tingkat sesuai
dengan ilmu dan amal yang ia
perbuat. Hanya saja, jangan remehkan
suatu amal kebaikan, sekalipun terlihat
sedikit dan dianggap remeh oleh
manusia. Bisa jadi, Allah subhanahu
wa ta’ala akan mengganjar amalan
yang dikerjakan secara ikhlas tersebut
dengan pahala yang berlipat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengisahkan bahwa ada
seorang laki-laki yang masuk surga
karena ia menyingkirkan duri yang
berada di suatu jalan, yang dilakukan
dengan tujuan agar tidak mengganggu
kaum muslimin. Sebab itu, Allah
subhanahu wa ta’ala menerima amal
baiknya tersebut dan mengganjarnya
dengan balasan yang lebih baik.
Subhanallah … sungguh Maha Luas
rahmat Allah subhanahu wa ta’ala .
Semoga hal ini dapat menjadi ibrah
bagi kita semua. Allahul Muwaffiq.
Alkisah
Ada seorang laki-laki yang sedang
berjalan-jalan di sebuah jalan. Ia
menjumpai rerantingan yang berduri
yang menghambat jalan tersebut,
kemudian ia menyingkirkannya. Lalu ia
bersyukur kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, maka Allah mengampuni
dosa-dosanya.
Dalam sebagian riwayat dari Imam
Muslim dari sahabat Abu Hurairah
pula, beliau berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada seseorang laki-laki yang melewati
ranting berduri berada di tengah
jalan. Ia mengatakan, ‘Demi Allah, aku
akan menyingkirkan duri ini dari kaum
muslimin sehingga mereka tidak akan
terganggu dengannya.’ Maka Allah
pun memasukkannya ke dalam surga.”
Dalam riwayat lain, juga dari sahabat
Abu Hurairah dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Sungguh, aku telah melihat seorang
laki-laki yang tengah menikmati
kenikmatan di surga disebabkan ia
memotong duri yang berada di
tengah jalan, yang duri itu
mengganggu kaum muslimin .”
Kisah sahih di atas diriwayatkan oleh
Imam Al-Bukhari dalam Kitab “Al-
Adzan“, Bab “Fadhlu Tahjir ila Zhuhri“,
no. 652; dan Kitab “Al-Mazhalim “, Bab
“Man Akhadzal Ghuzna wama
Yu’dzinnas fith Thariq“, no. 2472; juga
diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
Kitab “Al-Bir wash-Shilah wal Adab“,
no. 1914; dan Kitab “ Al-Imarah “, no.
1914.
Ibrah
Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan bahwa Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman,
“Barang siapa yang menyakiti wali-Ku,
ia berhak mendapatkan permusuhan-
Ku.” (H.r. Abu Ya’la Al-Musili, 14:372)
Para wali Allah subhanahu wa ta’ala
adalah kaum mukminin yang selalu
taat kepada perintah-perintah Allah
subhanahu wa ta’ala dan memiliki
komitmen dengan sunah-sunah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Yang
dimaksud dengan wali Allah
subhanahu wa ta’ala adalah orang
yang berilmu tentang Allah
subhanahu wa ta’ala , selalu
menjalankan ketaatan kepada-Nya,
dan ikhlas dalam beribadah kepada-
Nya.”
Sungguh mulia kedudukan kaum
mukminin di sisi Allah subhanahu wa
ta’ala. Mereka adalah orang-orang
yang mendapatkan kehormatan.
Mereka tidak boleh diusik atau disakiti,
apalagi dimusuhi dan diganggu.
Bahkan dalam sebuah hadis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Sesungguhnya, darah-darah kalian
dan harta-harta kalian itu haram
seperti haramnya hari dan bulan
kalian ini.” (H.r. Muslim, 6:245)
Dalam kisah di atas, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menceritakan seseorang yang sedang
berjalan di suatu jalan, kemudian
menjumpai sebuah pohon yang
memiliki banyak duri dan menghalangi
jalan kaum muslimin sehingga dapat
mengganggu orang-orang yang
melewatinya. Kemudian, ia bertekad
kuat untuk memotong dan
membuangnya dengan tujuan
menghilangkan gangguan dari jalan
kaum muslimin. Dengan sebab itu,
Allah subhanahu wa ta’ala
mengampuni dosa-dosanya dan
memasukkan ia ke dalam surga-Nya.
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melihatnya sedang
menikmati kenikmatan di surga
disebabkan amalannya tersebut.
Sungguh, laki-laki tersebut telah
beramal dengan amalan yang terlihat
remeh tetapi ia diganjar dengan
balasan yang teramat besar. Sungguh,
rahmat Allah subhanahu wa ta’ala
mahaluas dan keutamaan-Nya
mahaagung. Apa yang dilakukan laki-
laki tersebut adalah salah satu bagian
kecil dari petunjuk dan syariat yang
telah dibawa oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang
benar bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memerintahkan
kita untuk berbuat sebagaimana yang
telah dilakukan oleh laki-laki tersebut.
Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan dari jalan Abu Barzah Al-
Aslami, beliau bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah
kepadaku suatu amalan yang dapat
bermanfaat bagiku.” Beliau menjawab,
“Singkirkanlah gangguan dari jalan-
jalan kaum muslimin .” (H.r. Muslim,
13:49; Ibnu Majah, 11:78)
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mencela dan
memperingatkan dengan keras dari
perilaku yang dapat mengganggu
kaum muslimin di jalan-jalan mereka,
dalam hal ini Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa mengganggu kaum
muslimin di jalan-jalan mereka, wajib
atasnya laknat mereka .”
Mutiara kisah
Kisah di atas banyak sekali
mengandung mutiara faedah
berharga, di antaranya:
1. Besarnya keutamaan menyingkirkan
gangguan dari jalan kaum muslimin
dan adanya pahala yang besar yang
diberikan bagi siapa saja yang
melakukannya.
2. Luasnya rahmat Allah subhanahu
wa ta’ala dan agungnya pahala yang
disiapkan buat hamba-hamba-Nya
yang beriman. Allah subhanahu wa
ta’ala memasukkan laki-laki tersebut ke
dalam surga sekaligus dengan sebab
amalannya yang sedikit, yaitu
menyingkirkan gangguan dari jalan
kaum muslimin, karena memang
seseorang masuk surga itu berkat
fadilah Allah subhanahu wa ta’ala
yang dianugerahkan kepadanya,
bukan sekadar karena amalan yang ia
perbuat. Seandainya bukan karena
fadilah Allah subhanahu wa ta’ala ,
tentulah tidak ada seorang pun yang
dapat masuk surganya Allah
subhanahu wa ta’ala . Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda, “ Dekatkanlah diri kalian
kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dan tepatilah kebenaran. Ketahuilah,
bahwa tidaklah salah seorang dari
kalian akan selamat (dari neraka)
dengan amalnya .” Mereka
mengatakan, “Apakah engkau juga
demikian, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Demikian juga aku. Hanya
saja, Allah telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepadaku.” (H.r.
Muslim, no. 2816)
3. Pepohonan yang boleh ditebang
dan dibuang adalah pepohonan yang
mengganggu kaum muslimin. Adapun
apabila bermanfaat bagi kaum
muslimin seperti pohon yang
digunakan untuk berteduh manusia
maka tidak boleh ditebang, kecuali
apabila ada maslahat tertentu.
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sangat mendorong kaum
muslimin untuk menanam tanaman-
tanaman atau tumbuhan yang dapat
berbuah dan bermanfaat bagi
manusia. Dalam sebuah hadis,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Tidak seorang muslim pun yang
menanam suatu tanaman melainkan
bagian yang dimakan dari pohon
tersebut adalah sedekah baginya,
bagian yang dicuri dari pohon
tersebut adalah sedekah baginya,
bagian yang dimakan oleh burung-
burung adalah sedekah baginya, serta
bagian yang dikurangi oleh seseorang
juga sedekah baginya.” (H.r. Al-
Bukhari, 8:118; Muslim, 8:176; At-
Tirmidzi, 5:253)
4. Kisah di atas sekaligus merupakan
peringatan keras kepada sebagian
manusia yang tidak hanya enggan
menyingkirkan gangguan dari jalan
tetapi justru membuang sampah-
sampah rumahnya dan sisa-sisa
makanan mereka ke jalan-jalan yang
dilewati kaum muslimin. Akibatnya, hal
itu dapat mengganggu dan
menghambat saudaranya yang lain
yang melewati jalan tersebut.
Wal’iyadzubillah. Seandainya mereka
mengetahui pahala yang akan
diberikan oleh Allah subhanahu wa
ta’ala kepada siapa saja yang mau
ikhlas berbuat baik kepada sesama
kaum muslimin, tentulah mereka tidak
akan berbuat sedemikian itu.
Wallahu a’lam. Walhamdulillahi Rabbil
’alamin.
Selengkapnya → Hadits Walaupun Hanya membuang duri dijalan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda dalam sebuah hadis bahwa
iman memiliki lebih dari tujuh puluh
cabang. Cabang yang paling tinggi
dari cabang-cabang keimanan adalah
perkataan “ la ilaha illallah” dan
cabang yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan.
Secara tidak langsung, hadis tersebut
juga mengisyaratkan bahwa keimanan
seseorang itu bertingkat-tingkat sesuai
dengan ilmu dan amal yang ia
perbuat. Hanya saja, jangan remehkan
suatu amal kebaikan, sekalipun terlihat
sedikit dan dianggap remeh oleh
manusia. Bisa jadi, Allah subhanahu
wa ta’ala akan mengganjar amalan
yang dikerjakan secara ikhlas tersebut
dengan pahala yang berlipat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengisahkan bahwa ada
seorang laki-laki yang masuk surga
karena ia menyingkirkan duri yang
berada di suatu jalan, yang dilakukan
dengan tujuan agar tidak mengganggu
kaum muslimin. Sebab itu, Allah
subhanahu wa ta’ala menerima amal
baiknya tersebut dan mengganjarnya
dengan balasan yang lebih baik.
Subhanallah … sungguh Maha Luas
rahmat Allah subhanahu wa ta’ala .
Semoga hal ini dapat menjadi ibrah
bagi kita semua. Allahul Muwaffiq.
Alkisah
Ada seorang laki-laki yang sedang
berjalan-jalan di sebuah jalan. Ia
menjumpai rerantingan yang berduri
yang menghambat jalan tersebut,
kemudian ia menyingkirkannya. Lalu ia
bersyukur kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, maka Allah mengampuni
dosa-dosanya.
Dalam sebagian riwayat dari Imam
Muslim dari sahabat Abu Hurairah
pula, beliau berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada seseorang laki-laki yang melewati
ranting berduri berada di tengah
jalan. Ia mengatakan, ‘Demi Allah, aku
akan menyingkirkan duri ini dari kaum
muslimin sehingga mereka tidak akan
terganggu dengannya.’ Maka Allah
pun memasukkannya ke dalam surga.”
Dalam riwayat lain, juga dari sahabat
Abu Hurairah dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Sungguh, aku telah melihat seorang
laki-laki yang tengah menikmati
kenikmatan di surga disebabkan ia
memotong duri yang berada di
tengah jalan, yang duri itu
mengganggu kaum muslimin .”
Kisah sahih di atas diriwayatkan oleh
Imam Al-Bukhari dalam Kitab “Al-
Adzan“, Bab “Fadhlu Tahjir ila Zhuhri“,
no. 652; dan Kitab “Al-Mazhalim “, Bab
“Man Akhadzal Ghuzna wama
Yu’dzinnas fith Thariq“, no. 2472; juga
diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
Kitab “Al-Bir wash-Shilah wal Adab“,
no. 1914; dan Kitab “ Al-Imarah “, no.
1914.
Ibrah
Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan bahwa Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman,
“Barang siapa yang menyakiti wali-Ku,
ia berhak mendapatkan permusuhan-
Ku.” (H.r. Abu Ya’la Al-Musili, 14:372)
Para wali Allah subhanahu wa ta’ala
adalah kaum mukminin yang selalu
taat kepada perintah-perintah Allah
subhanahu wa ta’ala dan memiliki
komitmen dengan sunah-sunah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Yang
dimaksud dengan wali Allah
subhanahu wa ta’ala adalah orang
yang berilmu tentang Allah
subhanahu wa ta’ala , selalu
menjalankan ketaatan kepada-Nya,
dan ikhlas dalam beribadah kepada-
Nya.”
Sungguh mulia kedudukan kaum
mukminin di sisi Allah subhanahu wa
ta’ala. Mereka adalah orang-orang
yang mendapatkan kehormatan.
Mereka tidak boleh diusik atau disakiti,
apalagi dimusuhi dan diganggu.
Bahkan dalam sebuah hadis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Sesungguhnya, darah-darah kalian
dan harta-harta kalian itu haram
seperti haramnya hari dan bulan
kalian ini.” (H.r. Muslim, 6:245)
Dalam kisah di atas, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menceritakan seseorang yang sedang
berjalan di suatu jalan, kemudian
menjumpai sebuah pohon yang
memiliki banyak duri dan menghalangi
jalan kaum muslimin sehingga dapat
mengganggu orang-orang yang
melewatinya. Kemudian, ia bertekad
kuat untuk memotong dan
membuangnya dengan tujuan
menghilangkan gangguan dari jalan
kaum muslimin. Dengan sebab itu,
Allah subhanahu wa ta’ala
mengampuni dosa-dosanya dan
memasukkan ia ke dalam surga-Nya.
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melihatnya sedang
menikmati kenikmatan di surga
disebabkan amalannya tersebut.
Sungguh, laki-laki tersebut telah
beramal dengan amalan yang terlihat
remeh tetapi ia diganjar dengan
balasan yang teramat besar. Sungguh,
rahmat Allah subhanahu wa ta’ala
mahaluas dan keutamaan-Nya
mahaagung. Apa yang dilakukan laki-
laki tersebut adalah salah satu bagian
kecil dari petunjuk dan syariat yang
telah dibawa oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang
benar bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memerintahkan
kita untuk berbuat sebagaimana yang
telah dilakukan oleh laki-laki tersebut.
Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan dari jalan Abu Barzah Al-
Aslami, beliau bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah
kepadaku suatu amalan yang dapat
bermanfaat bagiku.” Beliau menjawab,
“Singkirkanlah gangguan dari jalan-
jalan kaum muslimin .” (H.r. Muslim,
13:49; Ibnu Majah, 11:78)
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mencela dan
memperingatkan dengan keras dari
perilaku yang dapat mengganggu
kaum muslimin di jalan-jalan mereka,
dalam hal ini Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa mengganggu kaum
muslimin di jalan-jalan mereka, wajib
atasnya laknat mereka .”
Mutiara kisah
Kisah di atas banyak sekali
mengandung mutiara faedah
berharga, di antaranya:
1. Besarnya keutamaan menyingkirkan
gangguan dari jalan kaum muslimin
dan adanya pahala yang besar yang
diberikan bagi siapa saja yang
melakukannya.
2. Luasnya rahmat Allah subhanahu
wa ta’ala dan agungnya pahala yang
disiapkan buat hamba-hamba-Nya
yang beriman. Allah subhanahu wa
ta’ala memasukkan laki-laki tersebut ke
dalam surga sekaligus dengan sebab
amalannya yang sedikit, yaitu
menyingkirkan gangguan dari jalan
kaum muslimin, karena memang
seseorang masuk surga itu berkat
fadilah Allah subhanahu wa ta’ala
yang dianugerahkan kepadanya,
bukan sekadar karena amalan yang ia
perbuat. Seandainya bukan karena
fadilah Allah subhanahu wa ta’ala ,
tentulah tidak ada seorang pun yang
dapat masuk surganya Allah
subhanahu wa ta’ala . Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda, “ Dekatkanlah diri kalian
kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dan tepatilah kebenaran. Ketahuilah,
bahwa tidaklah salah seorang dari
kalian akan selamat (dari neraka)
dengan amalnya .” Mereka
mengatakan, “Apakah engkau juga
demikian, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Demikian juga aku. Hanya
saja, Allah telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepadaku.” (H.r.
Muslim, no. 2816)
3. Pepohonan yang boleh ditebang
dan dibuang adalah pepohonan yang
mengganggu kaum muslimin. Adapun
apabila bermanfaat bagi kaum
muslimin seperti pohon yang
digunakan untuk berteduh manusia
maka tidak boleh ditebang, kecuali
apabila ada maslahat tertentu.
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sangat mendorong kaum
muslimin untuk menanam tanaman-
tanaman atau tumbuhan yang dapat
berbuah dan bermanfaat bagi
manusia. Dalam sebuah hadis,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Tidak seorang muslim pun yang
menanam suatu tanaman melainkan
bagian yang dimakan dari pohon
tersebut adalah sedekah baginya,
bagian yang dicuri dari pohon
tersebut adalah sedekah baginya,
bagian yang dimakan oleh burung-
burung adalah sedekah baginya, serta
bagian yang dikurangi oleh seseorang
juga sedekah baginya.” (H.r. Al-
Bukhari, 8:118; Muslim, 8:176; At-
Tirmidzi, 5:253)
4. Kisah di atas sekaligus merupakan
peringatan keras kepada sebagian
manusia yang tidak hanya enggan
menyingkirkan gangguan dari jalan
tetapi justru membuang sampah-
sampah rumahnya dan sisa-sisa
makanan mereka ke jalan-jalan yang
dilewati kaum muslimin. Akibatnya, hal
itu dapat mengganggu dan
menghambat saudaranya yang lain
yang melewati jalan tersebut.
Wal’iyadzubillah. Seandainya mereka
mengetahui pahala yang akan
diberikan oleh Allah subhanahu wa
ta’ala kepada siapa saja yang mau
ikhlas berbuat baik kepada sesama
kaum muslimin, tentulah mereka tidak
akan berbuat sedemikian itu.
Wallahu a’lam. Walhamdulillahi Rabbil
’alamin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda dalam sebuah hadis bahwa
iman memiliki lebih dari tujuh puluh
cabang. Cabang yang paling tinggi
dari cabang-cabang keimanan adalah
perkataan “ la ilaha illallah” dan
cabang yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan.
Secara tidak langsung, hadis tersebut
juga mengisyaratkan bahwa keimanan
seseorang itu bertingkat-tingkat sesuai
dengan ilmu dan amal yang ia
perbuat. Hanya saja, jangan remehkan
suatu amal kebaikan, sekalipun terlihat
sedikit dan dianggap remeh oleh
manusia. Bisa jadi, Allah subhanahu
wa ta’ala akan mengganjar amalan
yang dikerjakan secara ikhlas tersebut
dengan pahala yang berlipat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengisahkan bahwa ada
seorang laki-laki yang masuk surga
karena ia menyingkirkan duri yang
berada di suatu jalan, yang dilakukan
dengan tujuan agar tidak mengganggu
kaum muslimin. Sebab itu, Allah
subhanahu wa ta’ala menerima amal
baiknya tersebut dan mengganjarnya
dengan balasan yang lebih baik.
Subhanallah … sungguh Maha Luas
rahmat Allah subhanahu wa ta’ala .
Semoga hal ini dapat menjadi ibrah
bagi kita semua. Allahul Muwaffiq.
Alkisah
Ada seorang laki-laki yang sedang
berjalan-jalan di sebuah jalan. Ia
menjumpai rerantingan yang berduri
yang menghambat jalan tersebut,
kemudian ia menyingkirkannya. Lalu ia
bersyukur kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, maka Allah mengampuni
dosa-dosanya.
Dalam sebagian riwayat dari Imam
Muslim dari sahabat Abu Hurairah
pula, beliau berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada seseorang laki-laki yang melewati
ranting berduri berada di tengah
jalan. Ia mengatakan, ‘Demi Allah, aku
akan menyingkirkan duri ini dari kaum
muslimin sehingga mereka tidak akan
terganggu dengannya.’ Maka Allah
pun memasukkannya ke dalam surga.”
Dalam riwayat lain, juga dari sahabat
Abu Hurairah dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Sungguh, aku telah melihat seorang
laki-laki yang tengah menikmati
kenikmatan di surga disebabkan ia
memotong duri yang berada di
tengah jalan, yang duri itu
mengganggu kaum muslimin .”
Kisah sahih di atas diriwayatkan oleh
Imam Al-Bukhari dalam Kitab “Al-
Adzan“, Bab “Fadhlu Tahjir ila Zhuhri“,
no. 652; dan Kitab “Al-Mazhalim “, Bab
“Man Akhadzal Ghuzna wama
Yu’dzinnas fith Thariq“, no. 2472; juga
diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
Kitab “Al-Bir wash-Shilah wal Adab“,
no. 1914; dan Kitab “ Al-Imarah “, no.
1914.
Ibrah
Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan bahwa Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman,
“Barang siapa yang menyakiti wali-Ku,
ia berhak mendapatkan permusuhan-
Ku.” (H.r. Abu Ya’la Al-Musili, 14:372)
Para wali Allah subhanahu wa ta’ala
adalah kaum mukminin yang selalu
taat kepada perintah-perintah Allah
subhanahu wa ta’ala dan memiliki
komitmen dengan sunah-sunah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Yang
dimaksud dengan wali Allah
subhanahu wa ta’ala adalah orang
yang berilmu tentang Allah
subhanahu wa ta’ala , selalu
menjalankan ketaatan kepada-Nya,
dan ikhlas dalam beribadah kepada-
Nya.”
Sungguh mulia kedudukan kaum
mukminin di sisi Allah subhanahu wa
ta’ala. Mereka adalah orang-orang
yang mendapatkan kehormatan.
Mereka tidak boleh diusik atau disakiti,
apalagi dimusuhi dan diganggu.
Bahkan dalam sebuah hadis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Sesungguhnya, darah-darah kalian
dan harta-harta kalian itu haram
seperti haramnya hari dan bulan
kalian ini.” (H.r. Muslim, 6:245)
Dalam kisah di atas, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menceritakan seseorang yang sedang
berjalan di suatu jalan, kemudian
menjumpai sebuah pohon yang
memiliki banyak duri dan menghalangi
jalan kaum muslimin sehingga dapat
mengganggu orang-orang yang
melewatinya. Kemudian, ia bertekad
kuat untuk memotong dan
membuangnya dengan tujuan
menghilangkan gangguan dari jalan
kaum muslimin. Dengan sebab itu,
Allah subhanahu wa ta’ala
mengampuni dosa-dosanya dan
memasukkan ia ke dalam surga-Nya.
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melihatnya sedang
menikmati kenikmatan di surga
disebabkan amalannya tersebut.
Sungguh, laki-laki tersebut telah
beramal dengan amalan yang terlihat
remeh tetapi ia diganjar dengan
balasan yang teramat besar. Sungguh,
rahmat Allah subhanahu wa ta’ala
mahaluas dan keutamaan-Nya
mahaagung. Apa yang dilakukan laki-
laki tersebut adalah salah satu bagian
kecil dari petunjuk dan syariat yang
telah dibawa oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang
benar bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memerintahkan
kita untuk berbuat sebagaimana yang
telah dilakukan oleh laki-laki tersebut.
Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan dari jalan Abu Barzah Al-
Aslami, beliau bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah
kepadaku suatu amalan yang dapat
bermanfaat bagiku.” Beliau menjawab,
“Singkirkanlah gangguan dari jalan-
jalan kaum muslimin .” (H.r. Muslim,
13:49; Ibnu Majah, 11:78)
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mencela dan
memperingatkan dengan keras dari
perilaku yang dapat mengganggu
kaum muslimin di jalan-jalan mereka,
dalam hal ini Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa mengganggu kaum
muslimin di jalan-jalan mereka, wajib
atasnya laknat mereka .”
Mutiara kisah
Kisah di atas banyak sekali
mengandung mutiara faedah
berharga, di antaranya:
1. Besarnya keutamaan menyingkirkan
gangguan dari jalan kaum muslimin
dan adanya pahala yang besar yang
diberikan bagi siapa saja yang
melakukannya.
2. Luasnya rahmat Allah subhanahu
wa ta’ala dan agungnya pahala yang
disiapkan buat hamba-hamba-Nya
yang beriman. Allah subhanahu wa
ta’ala memasukkan laki-laki tersebut ke
dalam surga sekaligus dengan sebab
amalannya yang sedikit, yaitu
menyingkirkan gangguan dari jalan
kaum muslimin, karena memang
seseorang masuk surga itu berkat
fadilah Allah subhanahu wa ta’ala
yang dianugerahkan kepadanya,
bukan sekadar karena amalan yang ia
perbuat. Seandainya bukan karena
fadilah Allah subhanahu wa ta’ala ,
tentulah tidak ada seorang pun yang
dapat masuk surganya Allah
subhanahu wa ta’ala . Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda, “ Dekatkanlah diri kalian
kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dan tepatilah kebenaran. Ketahuilah,
bahwa tidaklah salah seorang dari
kalian akan selamat (dari neraka)
dengan amalnya .” Mereka
mengatakan, “Apakah engkau juga
demikian, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Demikian juga aku. Hanya
saja, Allah telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepadaku.” (H.r.
Muslim, no. 2816)
3. Pepohonan yang boleh ditebang
dan dibuang adalah pepohonan yang
mengganggu kaum muslimin. Adapun
apabila bermanfaat bagi kaum
muslimin seperti pohon yang
digunakan untuk berteduh manusia
maka tidak boleh ditebang, kecuali
apabila ada maslahat tertentu.
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sangat mendorong kaum
muslimin untuk menanam tanaman-
tanaman atau tumbuhan yang dapat
berbuah dan bermanfaat bagi
manusia. Dalam sebuah hadis,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Tidak seorang muslim pun yang
menanam suatu tanaman melainkan
bagian yang dimakan dari pohon
tersebut adalah sedekah baginya,
bagian yang dicuri dari pohon
tersebut adalah sedekah baginya,
bagian yang dimakan oleh burung-
burung adalah sedekah baginya, serta
bagian yang dikurangi oleh seseorang
juga sedekah baginya.” (H.r. Al-
Bukhari, 8:118; Muslim, 8:176; At-
Tirmidzi, 5:253)
4. Kisah di atas sekaligus merupakan
peringatan keras kepada sebagian
manusia yang tidak hanya enggan
menyingkirkan gangguan dari jalan
tetapi justru membuang sampah-
sampah rumahnya dan sisa-sisa
makanan mereka ke jalan-jalan yang
dilewati kaum muslimin. Akibatnya, hal
itu dapat mengganggu dan
menghambat saudaranya yang lain
yang melewati jalan tersebut.
Wal’iyadzubillah. Seandainya mereka
mengetahui pahala yang akan
diberikan oleh Allah subhanahu wa
ta’ala kepada siapa saja yang mau
ikhlas berbuat baik kepada sesama
kaum muslimin, tentulah mereka tidak
akan berbuat sedemikian itu.
Wallahu a’lam. Walhamdulillahi Rabbil
’alamin.
Subscribe to:
Posts (Atom)
New Post
Populer
- “Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Liang Lahad” dan “Menuntut Ilmu itu Wajib bagi Setiap Muslim dan Muslimah”
- Sejarah masuknya islam di Indonesia
- Hadits Walaupun Hanya membuang duri dijalan
- Data-data MI Darul Huda 02
- Tips dan Cara Rasulullah dalam berbuka Dan Sahur | Tauladan
- Kisah Khalifah Umar Bin Khattab
- Cara Nabi Muhammad SAW dalam Mendidik Anak
- Niat Puasa Ramadhan dan Doa Buka Puasa
- Sitemap MI Darul Huda 02